SABAR

(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”. Mereka Itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka Itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” 
(QS. Al Baqarah : 156)
Kejadian apapun yang menimpa kita, bagaimanapun kondisi yang melingkupi diri kita, baik susah maupun senang, rugi maupun untung, sedih maupun gembira, bahagia maupun sengsara, semua itu semata-mata hanya ujian bagi kita yang harus kita terima dengan sabar. Sabar dalam arti, bilamana kita menghadapi ujian yang dalam bentuk kepahitan hidup, seperti kegagalan, kemiskinan, kesengsaraan, harus kita hadapi dengan tabah, ulet, dan jangan pernah putus asa,  dalam ujian semacam ini, kita dituntut untuk terus menerus berjuang dan yakin bahwa apa yang telah ditentukan Allah merupakan hal yang terbaik untuk kita. Allah tidak akan membebankan sesuatu yang tidak mampu kita tanggung. Begitu pula jika kita mendapatkan ujian dalam bentuk kesenangan hidup, seperti sukses, kekuasaan, harta yang berlimpah, dan berbagai macam kebahagiaan, janganlah kita lupa diri, lupa daratan, bersikap angkuh, sombong dan berlaku sewenang-wenang. Ingatlah bahwa semua itu adalah amanah Allah yang tentu saja kita harus mempertanggungjawabkannya.

Sabar adalah kata sederhana, mudah untuk diucapkan namun sulit untuk digali maknanya dan berat untuk diamalkan. Sering kita keliru dalam memaknakan sabar. Menyerah pada nasib bukanlah sabar, mendiamkan kejahatan yang menimpa diri kita ataupun lingkungan kita bukan pula sabar. Sabar adalah berjuang dengan sekuat tenaga tanpa kenal lelah apalagi putus asa dalam mempertahankan apa yang kita anggap benar sepahit apapun resiko dan konsekuensinya, sabar adalah berusaha untuk mencapai apa yang kita cita-citakan seberat apapun tantangan dan rintangannya.
Rasulullah SAW menjelaskan, ada tiga macam sabar dalam sebuah hadits : “sabar itu ada tiga; sabar atas menerima musibah, sabar dalam mentaati perintah Allah, dan sabar untuk menjauhi larangan Allah”.
Hadits ini mengkategorikan sabar menurut objek yang kita hadapi, yang dalam setiap obyek terdapat tantangan yang berbeda-beda tingkat kesulitannya. Pertama sabar dalam menerima musibah dalam arti bersikap tabah dan pasrah dan menyadari bahwa musibah yang menimpa itu adalah kehendak Allah, sehingga kita harus menerima dengan lapang dada, sekaligus introspeksi diri dan evaluasi untuk terus berusaha dan memohonpertolongan dari Allah disertai melakukan perbaikan sehingga dapat keluar dari musibah tersebut. Tanpa kesabaran, kita tidak akan dapat keluar dari musibah yang menimpa kita, tanpa kesabaran kita tentu akan mengalami frustasi dan bahkan depresi, tanpa kesabaran kita tidak dapat mungkin mencari solusi yang terbaik untuk keluar dari musibah yang menimpa kita. Hal inilah yang membuat kita memiliki nilai lebih yakni ditinggikan derajat kita sebanyak tiga ratus derajat olaeh Allah.
Kedua, sabar dalam mentaai perintah Allah, sabar dalam konteks ini tentunya lebih sulit daripada sabar yang pertama, karenanya hampir setiap orang dapat bersabar dalam menerima musibah, kita banyak menyaksikan tidak sedikit orang yang mampu keluar dari kesulitan hidup dengan bersikap sabar. Tetapi sebagian dari orang-orang tersebut mengabaikan perintah Allah. Banyak diantara kita yang hanya berdo’a ketika tertimpa bencana, seperti gempa bumi, tsunami, gunung meletus, lumpur lapindo, kerugian, kehilangan dan kesulitan hidup. Tetapi ketika kita dalam keadaan normal menjadi lupa kepada Allah dan enggan untuk melasanakan perintah-perintah-Nya, seperti sholat, zakat, shodaqoh, puasa, bahkan lupa bahwa anugerah itu adalah dari Allah. Maka apabila kita sabar dalam menerima musibah dan disamping itu melaksanakan perintah-perintah-Nya, derajat kita akan ditinggikan menjadi enam ratus derajat.
Ketiga, sabar dalam menjauhi lerangan-larangan Allah, sabar untuk menjauhi larangan Allah merupakan sabar yang tingkat kesulitannya paling tinggi, sebab tidak semua orang yang aktif beribadah otomatis menjauhi larangan Allah. Kenyataan yang tidak dapat terbantah adalah fenomena STMJ (Sholat Terus Maksiat Jalan) diantara umat Islam, bahkan tidak sedikit orang-orang yang rajin beribadah tapi juga aktif dalam praktik-praktik pelacuran, korupsi, manipulasi, dan mengambil hak orang lain. Dengan demikian orang yang sabar dalam ketiga-tiganya maka Allah akan mengangkat derajatnya sebanyak sembilan ratus derajat.
Sabar adalah suatu akhlak mulia yang harus kita kukuhkan dalam kepribadian kita, sabar adalah merupakan satu lentera yang dapat menerangi hati kita dengan cahaya hakikat, sehingga kita mendapatkan rahmat, mencapai keridhaan Allah dan kedekatan yang sesungguhnya dengan-Nya.
Sebagamana firman Allah dalam Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 156 : “(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”. Mereka Itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka Itulah orang-orang yang mendapat petunjuk”.
Sedangkan orang yang tidak sabar tentunya akan mendapat murka dari Allah. Sebagaimana firman-Nya dalam hadits Qudsi : “orang yang tidak sabar terhadap bala’ dari-Ku, dan tidak mensyukuri nikmat-nikmat-Ku, dan tidak rela menerima (qadha’) ketentuan-Ku, maka keluarlah dari kolong langit-Ku dan carilah tuhan selain Aku”.
Karena itu maka marilah kita tanamkan kesabaran pada diri kita, kesabaran yang tidak ada batasnya, kesabaran yang akan menghantarkan kita pada kerelaan dalam menerima semua ketentuan Allah, baik ketentuan yang tidak menyenangkan maupun menyenangkan diri kita, baik berbentuk takdir maupun berbentuk anjuran atau perintah dan larangan. Sebab kesabaran dalam menyikapi nikmat sama dengan menyikapi bencana, bahwa di setiap bencana ada hikmah yang dapat kita ambil manisnya, dan disetiap nikmat ada pertanggungjawaban yang berat dalam menggunakannya….

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.

*

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Translate »