Fungsi Pendidikan

Fungsi Pendidikan

A.     Pendidikan sebagai Ilmu Normatif

Tujuan pendidikan merupakan hal yang paling utama pada zaman Yunani kuno. Karena pada zaman itu, terdapat pandangan bahwa manusia adalah makhluk bermain (homo ludens). Jadi uyang utama adalah pendidikan jasmani, karena dalam tubuh yang sehat terdapat pula jiwa yang sehat (mensana incorpore sano). Begitu pula Eropa Barat yang memiliki pandangan bahwa manusia adalah makhluk berpikir (homo sapiens). Akal sebagai pangkal tolak. Orang sangat menjunjung tinggi akal, baik akal teoritis maupun praktis. Dengan akal manusia menghasilkan pengetahuan, dengan pengetahuan manusia berbuat baik dalam pengertian sempurna.
Ilmu pendidikan diarahkan kepada perbuatan mendidik yang punya tujuan, dan tujuan itu ditentukan oleh nilai yang dijunjung tinggi oleh seseorang. Sedang nilai itu sendiri merupakan ukuran yang bersifat normatif, sehingga dapat ditegaskan bahwa ilmu pendidikan adalah ilmu yang bersifat normatif.

B.     Pendidikan sebagai Ilmu Teoritis dan Praktis

Ilmu pendidikan pada umumnya tidak hanya mencari pengetahuan deskriptif tentang suatu objek, melainkan suatu kajian yang harus ditelusuri sehingga bermanfaat bagi peserta didik. Ilmu pendidikan lahir dan berkembang setelah teori dan praktik pendidikan berlangsung lama. Hingga saat ini, tampilnya ilmu pendidikan sebagai ilmu belum dapat dikatakan final, artinya ilmu pendidikan masih dalam proses membentuk jati diri. Dalam epistemologi, suatu kawasan studi dapat dikategorikan disiplin ilmu jika memenuhi syarat sebagai berikut :

a.      Memiliki objek material dan formal

Objek material ilmu pendidikan berupa perilaku manusia. Perlu diingat bahwa perilaku manusia sebagai mahluk yang hidup di dalam masyarakat tidak hanya dipelajari oleh ilmu pendidikan, tetapi juga oleh psikologi, yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia sebagai individu, sosiologi, yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kelompok; serta antropologi, yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia sebagai makhluk bio-sosial atau makhluk yang berbudaya.
Apabila objek material suatu ilmu memiliki kesamaan dengan objek material ilmu lain, untuk membedakannya diperlukan objek formal dari ilmu tersebut, yang menjadi sudut pandang tertentu yang menentukan macam suatu ilmu.
Objek formal ilmu pendidikan adalah berupa penelaahan fenomena pendidikan dalam perspektif yang luas dan integratif. Fenomena ini bukan hanya gejala yang melekat pada manusia, namun juga berupa upaya memanusiakan manusia agar menjadi manusia yang sebenarnya. Upaya pendidikan mencakup keseluruhan aktivitas pendidikan, yaitu mendidik dan dididik, termasuk pula pemikiran sistematis tentang pendidikan.

b.     Memiliki sistematika

Sistematika ilmu pendidikan secara teoritis dibedakan ke dalam tiga tinjauan, yaitu:
  1. Pendidikan sebagai fenomena manusiawi, Hal ini dapat dianalisis berdasarkan proses atau situasi pendidikannya, yaitu ketika terjadi interaksi antar komponen (tujuan, peserta didik, pendidik, alat dan lingkungan) pendidikan dalam mencapai tujuan.
  2. Pendidikan sebagai upaya sadar,  Menurut Noeng Muhadjir (1987:19-37), pendidikan memiliki fungsi: (a) Menumbuhakan kreativitas peserta didik, (b) Menjaga kelestarian nilai-nilai insani dan Ilahi, (c) Menyiapkan tenaga-tenaga kerja produktif
  3. Pendidikan sebagai gejala manusiawi dan upaya sadar untuk mengantisipasi perkembangan sosial-budaya masa depan. Hal ini sejalan dengan pemikiran Bukhori (1984:81-86) bahwa ilmu pendidikan memiliki tiga dimensi, yaitu: (a) Dimensi lingkungan, meliputi lingkunga keluarga, sekolah, dan luar sekolah, (b) Dimensi jenis persoalan, yang meliputi persoalan teoritis, struktur dan praktis, (c) Dimensi ruang dan waktu, yaitu menganalisis masalah pendidikan yang dihadapi masyarakat di masa lampau, masa sekarang dan masa yang akan datang.

c.      Memiliki metode

Menurut Soedomo (1990:46-47), metode yang digunakan dalan ilmu pendidikan meliputi:
  1. Metode normatif, yaitu penentuan konsep manusia yang diidealkan oleh pendidikan, menyangkut nilai baik dan buruk,
  2. Metode eksplanatori, yaitu untuk mengetahui kondisi dan kekuatan yang mempengaruhi keberhasilan proses pendidikan,
  3. Metode teknologis, yang berfungsi mengungkapkan cara agar berhasil mencapai tujuan,
  4. Metode deskriptif fenomenologis, yaitu untuk mengurai dan mengklarifikasi kenyataan-kenyataan pendidikan agar ditemukan hakikatnya,
  5. Metode hermeneutis, yaitu untuk memahami kenyataan pendidikan secara konkret dan historis agar makna dan struktur kegiatan pendidikan menjadi jelas
  6. Metode analisis kritis, yang digunakan untuk menganalisis secara kritis istilah-istilah, pernyataan-pernyataan, konsep dan teori pendidikan.

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.

*

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Translate »