Macam dan Cara Mengobati Sifat Ujub

Pada suatu hari Rasulullah Saw., Melihat orang-orang berkumpul menggerumuni seorang laki-laki yang mengamuk karena gila. lantas Rasulullah Saw, bertanya Ada apa? mereka menjawab orang ini majnun (gila) wahai Rasulullah! Rasullah Saw besabda:Ia tidak majnun tetapi mushaabun (orang yang di timpa musibah penyakit). Seraya Rasulullah Saw bersabda: “sesungguhnya yang di katakan majnun itu adalah orang selalu menepuk bahunya (dadanya) karena takabur, yang melihat di dua sisinya (ujub), dan sombong cara berjalannya.” (Al-nibayah 1 : 309).

Apa yang di sabdakan Rasulullah Saw itu, mengundang pertanyaan di hati para sahabat pada waktu itu. Tetapi mereka sadar itulah nasehat Rasulullah Saw. Yang selalu di selipkan dalam setiap pembicaraan yang perlu di renungkan, dan baru di pahami setelah kian lama di pikirkan. sungguh merupakan ucapan yang filosofis.

Kita sering melihat di kehidupan sehari-hari orang-orang yang tidak waras akalnya. Pakaiannya kotor penuh debu, makan minum tidak terurus, tidur di mana saja, Dan omongannya juga tidak karuan. Ada kalanya mereka di perlakukan tidak secara manusiawi. Diejek, dihina, diperolok-olokan, dan dijadikan bahan guyonan. Padahal tidak seharusnya di perlakukan demikian, karena mereka itu sedang sakit, di timpa musibah penyakit yang menutupi fungsi akalnya. kasihanilah mereka, dan itulah yang di katakan Rasulullah Saw, Al-Mushab (orang yang di timpa musibah).

Sebaliknya Rasulullah mengatakan, justu yang di sebut majnun itu adalah orang yang sehat jasmaniyahnya, berakal tetapi tidak dapat memfungsikan akalnya secara benar. Ini di tandai dengan suka menepuk dada, merasa Dia yang paling hebat dan berjasa dengan segala macam keberhasilan. Ia ujub dan takabur dengan segala atribut yang di pakainya.

Mereka gagah dan ma shiyyat, merasa modern dan maju dengan perilaku yang hebat jika melakukan menimpang dari ketentuan agamanya. Di manakah akal sehat mereka itu? jawabnya majnun, tertutup rapat.

Rasulullah Saw bersabda : Ada tiga macam yang dapat membinasakan manusia, yaitu: mengikuti kerakusan atau ketamakan, mengikuti hawa nafsu dan merasa megah dengan apa-apa yang ada pada dirinya. Yang di maksud dengan majnun yang di sabdakan nabi tadi, ialah orang yang dihinggapi sifat ujub, yang selanjutnya melahirkan ketakaburan.

Ujub ini adalah gambaran kejiwaan yang sangat berlebih-lebihan, saat seseorang menganggap dirinya paling hebat di bandingi yang lainnya. Ia merasa paling pintar, paling gagah, paling kaya, paling berkuasa, paling dominan dan sebagainya. Pokoknya Dia merasa orang super dalam segala hal, yang akhirnya memicu siafat arogansi dalam dirinya, menghina dan melecehkan orang lain.

Sifat percaya diri memang harus ada dalam diri seseorang ,merasa senang dan gembira di persilahkan, tetapi jika sudah memasuki ketekaburan dan menganggap rendah terhadap yang lain, inilah yang dikatakan ujub yang di larang agama.

Siti Aisyah ra., pernah di tanya ; kapan seseorang di katakan melakukan perbuatan jelek? beliau menjawab: Justru ketika Ia melakukan perbuatn baik. Maksudnya di saat seseorang melakukan perbuatan yang baik, tetapi dalam dirinya ada perasaan bahwa hanya dirinyalah yang dapat melakukan hal itu, orang lain tidak ada, timbul takabur dalam dirinya.

Ujub ini di golongkan kepada akhlak radzilah (rendah) yang harus di hindari. Manusia harus ingat dan sadar, bahwa Allah menciptakan manusia ini dalam bentuk tubuh yang indah di banding dengan makhluk lainnya. Kemudian Allah SWT pun melebihkan manusia satu dari yang lainnya, dalam harta atau kedudukan , fisik, dan kepintarannya.

Akibat buruk dari ujub ini ialah hilangnya rasa saling hormat menghormati, lenyapnya rasa simpati orang kepadanya, menanamkan kebencian, dan yang paling parah ialah jika yang di jadikann pendorong ujub itu kemegahan yang semu, merasa paling hebat, padahal di dalamnya itu kropos. Ia tidak sadar bahwa orang lain mengetahui kelemahannya. sungguh ini adalah pembodohan terhadap dirinya sendiri. Bukankah ada peribahasa sepintar-pintarnya tupai melompat , adakalanya terjatuh jua.

Ulama mengatakan, bahwa sifat ujub ini tidak berdiri sendiri, tapi ada penunjangnya, ada pemicunya, Artinya ada bahan-bahan yang dapat dijadikan alat untuk melakukan ujub.

Ada delapan macam yang dapat menjadi pemicu sifat ini. berikut ini macam-macamnya dan cara pengobatannya.

Pertama, ujub dengan merasa megah dan kelebihan dalam fisik dan bentuk badannya. Ia merasa bahwa fisiknya lebih hebat, lebih cantik atau lebih tampan dan kuat dari yang lainnya. di tambah dengan suaranya yang lebih merdu. lantas ia over acting, takabur dan merendahkan yang lainnya. ia merasa bahwa semua itu hasil jerih payahnya. padahal semua itu adalah pemberian Tuhan yang maha kuasa yang harus di syukuri. Ia sibuk mengurus dirinya, tetapi melupakan sang pencipta yang telah menganugerahkan ni’mat kepadanya. Waktu-waktunya di habiskan untuk memamerkan keindahan tubuhnya, kemerduan suaranya, dan kecantikan parasnya. pujian yang di harapkannya, tepuk tangan dan sorak sorai dambaannya. materi atau uang semata-mata di carinya.

Kedua, ujub dengan merasa megah dan hebat karena mengendalikan kekuatan fisiknya, dalam melawan musuh. Ia takabur dan susumbar bahwa tidak akan ada orang yang dapat mengalahkan Dia. Ini adalah sikap yang keliru, karena akan menghilangkan kewaspadaannya. Ia akan lemah karena menganggap enteng lawan. Oleh sebab itu, banyak kekalahan-kekalahan yang di derita oleh suatu kaum bukan karena tidak dilatih atau tidak menggunakan alat alat canggih, tetapi kecolongan menganggap enteng kepada lawan. untuk pengobatannya tidak ada jalan lain kecuali manusia harus ingat, bahwa semakin tambah usia dari segi jumlah akan semakin menurun dari segi kekuatan badannya. tenaga dari hari ke hari semakin melemah, kosentrasi dan pemikiran juga semakin menurun. Ia harus sadar dalam sejarah orang yang ujub, takabur dengan kekuatannya, maka Allah yang akan menghancurkannya.

Ketiga, Orang yang ujub dengan ilmu, akal dan kecerdikannya dalam memahami ilmu-ilmu agama dan juga urusan-urusan keduaniaannya. Umumnya orang yang demikian itu merasa dan menggap dirinya paling pintar. merasa bahwa pendapatnya paling benar. Ia dapat bersilat lidah, tetapi bukan kebenaran yang di cari, popularitas murahan yang ia dambakan. Tidak mau bermusyawarah karena yang lain di anggap bodoh. jarang bertanya kepada yang lain karena merasa cukup dengan ilmunya hasil otodidaknya. Padahal adakalanya belajar sendiri tanpa guru akan menemui kekeliruan, karena kecerdasan itu ada batasnya. Ia menganggap rendah bahkan menghina kepada orang yang bersebrangan paham dengannya.

Keempat, Ujub atau merasa megah dan bangga dengan keturunan. Artinya sombong dirinya, karena ia merasa dirinya turunan ningrat atau bangsawan. Biasanya orang yang demikian itu menganggap bahwa dirinyalah yang harus di hormati dan di muliakan. Ia harus di perioritaskan dalam segala hal. ia selalu mebayangkan bahwa orang yang ada di sekitarnya itu adalah pembantunya, atau khadamnya yang dapat di perlakukan seenaknya saja. Dia merasa menjadi Raja di lingkungan masyarakatnya. Timbullah sifat sombong dan angkuhnya.

Kelima, orang yang ujub dan ta jub dengan pemimpinnya yang zhalim. Ia merasa megah mempunyai pemimpin yang hebat dalam pidatonya, banyak para pengawalnya, bertumpuk harta kekayaannya, tinggi kekuasaannya, luas pengaruhnya. sehingga si pemimpin zhalim ini menjadi idolanya. Ia hanya memandang dari luarnya, tidak memperhatikan bagaimana agama dan ilmu dari sang pemimpin itu. Maka terjadilah pengultusan atau pendewaan terhadap seseorang. Sebenaranya ini adalah kebodohan yang sangat besar.

Keenam, orang yang merasa megah, gagah karena banyak anaknya yang dapat di andalkan, banyak pembantu rumah tangganya, banyak kerabat dan handai taulannya, banyak teman-teman sekantornya, tak terhitung pendukung dan pengikutnya, punya backing dan pengawal yang kuat dan sebagainya. Ia mengganggap bahwa dirinya tidak akan tergoyahkan. timbullah sifat ujubnya, takabur dan menghina orang.

Ketujuh, Orang yang merasa hebat karena harta yang berlimpah ruah. Ia sombong, takabur, dan riya dengan hartanya itu. Seolah-olah Dia saja yang yang kaya. Tinggi dalam ucapannya, over acting dalam tindakannya, tidak mau kenal dengan yang miskin, suka pamer kekayaan, dan hidupnya mewah. Ia suka infak atau zakat tetapi dasarnya riya. Dambaannya tiada lain hanya ingin menambah kendaraannya yang lebih mewah, gedungnnya yang tinggi menjulang, makannya yang lezat-lezat, pakaian yang mahal-mahal. Uruasan agamanya terbangkalai.

Kedelapan, Orang yang ujub dengan hasil pemikirannnya, yang keliru atau salah, (Al-Rayu al-khata). Lalu Ia dengan mati-matian mempertahankan pahamnya yang keliru itu, karena merasa benar, yang lain salah. Inilah yang di sabdakan Rasulullah Saw. Bahwa yang akan melanda umat di akhir zaman ialah ujubnya orang yang mempunyai pendapat terhadap paham atau pendapatnya itu. Di sisi lain akan membinasakan umat, sehingga cerai berai jauh dari petunjuk Al-Qur’an dan As-sunnah, dan tiap-tiap firkah merasa megah dengan apa yang ada pada mereka. Umumnya Ahli bid’ah dan aliran-aliran sesat mereka enggan atau tidak mau meninggalkan pendapatnya atau bid’ahnya itu, karena menganggap pendapatnya itu adalah baik dan benar.

2 comments

  1. Ijinkan saya mengikuti setiap kajian dan tulisan tentang islam dengan mengirimkannya pada saya Terimakasih

    1. terima kasih atas kunjungan dan komentarnya. insyaallah sy akan kirimkan ke email…

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.

*

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Translate »